Akidah, sebagaimana yang penulis uraikan sebelumnya. Oleh Allah Ta'ala dijadikan umum dan merata untuk seluruh ummat manusia, kekal sepanjang masa, sebab sudah nyatalah bekas-bekas kemanfaatan dan keperluannya, baik dalam kehidupan perorangan maupun perkembangan masyarakat ramai.
Para Rasul Tuhan, memberitahukan kepada masing-masing umatnya akidah dan mereka menempuh cara yang semuanya itu dapat dikatakan mudah dimengerti, difahamkan dan diterima. Para Rasul tersebut menyuruh umatnya supaya mengarahkan pandangan mereka ke kerajaan langit dan bumi, digerakkanlah akal fikiran mereka itu supaya suka mengenang-ngenangkan serta memikir-mikirkan tanda-tanda kekuasaan Tuhan. Fitrahnya dibangunkan agar jiwanya dapat menerima tanaman dengan mempunyai perasaan yang teguh lagi cocok dalam beragama. Selain itu diajaknya pula merasakan suatu alam lain yang ada dibalik alam semesta yang dapat dilihat ini.
Diatas landasan-landasan sebagaimana yang telah disebutkan diatas itu pula Rasulullah menanamkan akidah dalam hati dan jiwa umatnya. Beliau menyuruh agar pandangan umatnya diarahkan dan pemikiran mereka ditujukan ke jurusan tersebut. Akal mereka digerakkan dan fitrah umatnya dibangunkan sambil mengusahakan penanaman akidah dengan memberikan didikan, lalu disuburkan dan dikokohkan sehingga dapat mencapai puncak kebahagiaan yang dicita-citakan.
Melalui petunjukNya Rasulullah mengarahkan umat yang asal mulanya sebagai penyembah berhala dan patung, yang dahulunya melakukan syirik dan kufur menjadi umat yang berakidah tauhid (mengesakan Tuhan seru sekalian alam). Hati mereka dipompa dengan keimanan dan keyakinan. Sementara itu, Rasulullah juga mendidik sahabat-sahabatnya menjadi pemimpin yang harus diikuti dalam hal perbaikan budi dan akhlak, bahkan menjadi pembimbing kebaikan dan keutamaan. Lebih dari itu lagi, karena Beliau telah membentuk generasi dari umatnya sebagai suatu bangsa yang menjadi mulia dengan sebab adanya keimanan dalam dada mereka serta berpegang teguh pada hak dan kebenaran. Maka pada saat itu umat yang langsung dibawah kepemimpinannya adalah bagaikan matahari dunia, disamping sebagai pengajak kesejahteraan dan keselamatan pada seluruh umat manusia.
Allah Ta'ala membuat kesaksian sendiri pada generasi tersebut bahwa mereka itu benar-benar memperoleh ketinggian dan keistimewaan yang khusus, sebagaimana firmanNya:
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ
Artinya:
Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. (QS. Ali Imran Ayat 110).
Keimanan yang dimiliki oleh sebagian sahabat-sahabat Rasulullah itu sampai mencapai suatu tingkat yang dapat dikatakan "Andaikan tabirpun disingkapkan, tidaklah bertambah keyakinanku." Maksudnya ialah sudah penuh dan ada dipuncak yang tertinggi, maka sekalipun tabir keghaiban terbuka, keyakinan itu tidak dapat ditambah lagi.
Penyelewengan Dari Akidah Yang Diajarkan Para Rasul Dan Akibatnya.
Semenjak kedaulatan negara tauhid berdiri dibawah pimpinan Rasulullah, keadaan akidah masih tetap dalam kesuciannya yang berasal dari wahyu Ilahi melalui para utusanNya. Dasar utama yang digunakan sebagai pedoman adalah Al Qur'an dan Assunnah. Pada tingkat permulaan arah yang dituju ialah memberikan didikan dalam watak dan tabi'at, meluhurkan sifat-sifat yang bersangkutan dengan gharizah kalbu serta cara didikan yang harus dilalui dan ditempu. Maksudnya adalah agar setiap manusia dari kalangan masyarakat itu dapat memperoleh keluhuran yang sesuai dengan kehormatan dan kemuliaan dirinya, serta dengan demikian akan tumbuhlah suatu kekuatan secara otomatis yang amat kokoh dalam kehidupan.
Selanjutnya setelah datang masa kekhilafahan yang banyak bersendikan soal siasat dan politik. Apalagi setelah ada hubugannya dengan cara-cara pemikiran yang ditimbulkan berbagai madzhab yang berdasarkan filsafat atau yang dibawa oleh agama-agama lain. Kemudian memaksa otak manusia supaya menyelami sesuatu yang ia tidak kuasa mencapainya, maka itulah yang menjadi sebab pokok sehingga terjadinya pergantian atau penyelewengan dari jalan yang lazim ditempuh oleh para Nabi dan Rasul. Ini pula yang merupakan sebab utama mengapa keimanan yang cukup luas dan mudah diterima, tetapi yang amat tinggi nilainya itu lalu menjadi berbagai macam pemikiran yang berisikan falsafat atau menjadi bahan kiasan yang banyak diperselisihkan menurut ketentuan mantik atau ilmu bahasanya. Juga menjadi pokok perdebatan dan perselisihan pendapat yang kiranya hampir menyerupai persengketaan bizantiah, yang tidak berujung dan berpangkal sama sekali.
Ajaran keimanan yang sudah berubah itu akhirnya tidak lagi mencerminkan keimanan yang dengannya dapatlah jiwa menjadi suci, amal perbuatan menjadi mulia dan baik ataupun yang dapat memberi semangat gerak pada perorangan atau memberikan daya hidup pada umat dan bangsa.
Sebagai bekas dari adanya perselisihan dalam persoalan-persoalan siasat dan politik tersebut dan disebabkan pula adanya penyelewengan dari jalan yang ditempuh para Rasul sebagai fithrah. Sehingga akhirnya penganjur-penganjur akidah itu berpecah-belah menjadi beberapa golongan yang memberikan pengajaran berbeda anatara satu dengan lainnya. Setiap ajaran atau madrasah mencerminkan suatu corak tersendiri dari cara pemikiran yang tertentu. Masing-masing pihak menganggap bahwa apa yang dimiliki dan dipegang itu sajalah yang benar, sedang yang tidak cocok dengan pendapatnya adalah salah belaka, demikialah anggapan golongan itu. Malahan ada anggapan yang lebih kejam dari itu yakni siapa saja yang tidak masuk dalam golongan kelompoknya, maka menurut pandangannya dianggap sudah keluar dari Islam.
Oleh karena itu, maka disana timbullah madrasah untuk ahli Hadits. Disitu terdapat madrasah kaum 'asy'ariah, disini ada pula madrasah bagi kaum maturidiah. Ada pula madrasah untuk kaum mu'tazilah, madrasah kaum syi'ah, madrasah kaum jahmiah dan masih banyak lagi madrasah-madrasah yang berbeda-beda aliran dan madzhabnya. Malahan berselisih pula pendapat-pendapatnya antara yang segolongan dengan golongan lainnya.
Diantara perselisihan yang tersohor yang memperluas jurang antara umat Nabi Muhammad, yang satu ini ialah yang terjadi antara kaum 'asy'ariah dan kaum mu'tazilah.
Pokok-pokok utama yang menyebabkan timbulnya pertengkaran dan perbedaan pendapat itu ialah yang berkisar dalam hal-hal dibawah ini:
- Apakah keimanan itu sebagai kepercayaan saja ataukah kepercayaan dan amal perbuatan?
- Apakah sifat-sifat Allah Ta'ala yang dzatin itu kekal padanya ataukah dapat lenyap dari padanya?
- Manusia itu musayyar atau mukhayyar?
- Apakah wajib atas Allah Ta'ala itu mengerjakan yang baik atau yang terbaik, ataukah tidak wajib?
- Apakah baik atau buruk itu dapat dikenal dengan akal atau dengan syari'at?
- Apakah Allah Ta'ala itu wajib memberi pahala kepada orang yang taat dan menyiksa pada orang yang bermaksiat, ataukah tidak wajib yang sedemikian itu?
- Apakah Allah Ta'ala itu dapat dilihat diakhirat nanti ataukah hal itu mustahil sama sekali?
- Bagaimanakah hukumnya seseorang yang menumpuk-numpuk dosa besar sehingga matinya tidak bertaubat?
Dan masih banyak lagi persoalan-persoalan yang merupakan bahan perselisihan pendapat antara berbagai golongan kaum muslimin dan itu pula yang menyebabkan tersobek-sobeknya umat Islam menjadi berbagai golongan dan partai.
Benar-benar menyedihkan, sebab sebagai hasil dari pada pertengkaran yang tidak berujung pangkal ini, juga sebagai bekal dari perpecahan itu. Lalu kaum muslimin membuat suatu kesalahan yang amat besar, suatu kekeliruan yang amat berbahaya.
Apakah itu? yaitu bahwa akidah yang asalnya teguh dan mantab telah menjadi goyah dan goncang dalam hati, dan keimananpun tidak meresap tertanamnya dalam jiwa. Sehingga akidah itu tidak lagi dapat menguasai pada jalan kehidupan yang harus ditempuh oleh setiap manusia muslim dan bahkan keimanan itu sendiri tidak dapat lagi menjadi pusat pemerintahan yang menjiwai segala tindak dan langkahnya orang yang mengaku sebagai pemeluknya.
Sebagai kelanjutan dari akidah yang sudah lemah itu, lalu kelemahan itu merata pula pada pribadi perorangan, seluruh keluarga, masyarakat dan negara. Bahkan pengaruh kelemahan tadi mengenai pula segala segi kehidupan umat manusia. Kelemahan itu merayap disegenap penjuru, sehingga umat itu akhirnya tidak kuasa lagi bangun dan bergerak sampai menurun pada generasi-generasi berikutnya. Tidak pula dapat memberikan pertanggung jawaban baik kedalam maupun keluar.
Umat Islam tidak lagi menetapi sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala menjadi pribadi yang cukup cakap untuk menjadi pemimpin umat serta pemberi petunjuk kepada seluruh bangsa di dunia. Ini adalah akibat dari kelemahan yang datang bertubi-tubi sebagaimana dijelaskan diatas.
Pentingnya Kembali Kearah Pembaharuan Dakwah Kepada Keimanan.
Setelah kita semua menyadari bahwa sebab kemunduran umat dari tujuannya yang terbesar itu adalah karena kelemahan akidah, maka yang menjadi kewajiban kita semua pada saat sekarang ini yaitu bekerja keras tanpa mengenal lelah untuk menanamkan akidah yang sebenar-benarnya itu dalam kalbu dan jiwa kita. Hendaknya pula kita menempuh jalan yang sudah digariskan oleh Rasulullah dalam memberikan tuntunan dan mempropagandakannya. Caranya ialah dengan pendidikan dan pengajaran yang sistematis serta kemudian merawatnya sampai hidup subur, sehingga akhirnya akidah itu dapat mencapai puncak tertinggi yakni tertanam kokoh kuat dan tidak mungkin terobohkan lagi. Selain itu juga dapat mencapai titik terakhir yang maju kedepan dalam menempuh kehidupan yang jaya, yang kelak akan dapat mengangkat kita ke tingkat yang utama yang berupa kemegahan dan kemuliaan.
Uraian ini tidak lain hanyalah sebagai suatu daya upaya yang timbul karena desakan akidah itu dan ingin menampakkan bekas-bekasnya dalam jiwa dan dalam kehidupan. Dalam penyusunannya kami berpedoman pada sumber-sumber pokok dan asli yakni dari Kitabullah Al Qur'an serta sunnah Rasulullah.
Harapan kami kepada Allah Ta'ala amat besar sekali agar supaya tersebarnya ajaran-ajaran yang terkandung didalamnya itu akan diterima dengan penuh kegembiraan dan tangan terbuka seluas mungkin, sehingga kita seluruh umat Islam dapat memiliki suatu akidah yang dengannya dapatlah kita semua menjadi pemimpin dan penuntun umat manusia sedunia dan disamping itu kitapun akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat.
Allah Ta'ala jualah yang memberikan pertolongan kepada kita sekalian. Hasbunallah Wa Ni'mal Wakil.
Posting Komentar