Tasawuf berhubungan erat dengan kata sufi, dikatakan bahwa kata sufi tidak terdapat dalam Al Qur'an maupun Al Hadits. Namun ada beberapa keterangan mengenai asal usul penggunaan kata sufi sperti yang sudah pernah penulis bahas sebelumnya. Imam Ahmad Taqiyuddin Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa orang yang pertama kali mempergunakan kata sufi ialah Imam Abu Abdillah Sufyan bin Sa'id Ats Tsaury. Dan adapula yang mengatakan Abu Sa'id Al Hasan bin Yassar Al Bashari.
Abul Fida', seorang pakar sejarah Islam terkemuka Yang mencoba melacak ke sumber asalnya. Sufi sudah ada sejak zaman Rasulullah yaitu Ashabi safa (mereka yang duduk di sekeliling ka'bah). Mereka adalah orang-orang asing yang fakir, tidak mempunyai sahabat atau tempat tinggal tetap. Mereka Mendambakan janji-janji kerasulan dari tuhan, serta perlindungan dari Allah. Karena itulah mereka bertempat tinggal di sekeliling Ka'bah, dari situ mereka mendapat sebutan sufi.
Sumber-sumber Ilmu Tasawuf.
Meskipun diatas dikatakan bahwa kata sufi tidak terdapat dalam Al Qur'an maupun Al Hadits. Namun apabila kita mencari dan menyelidiki secara seksama pada ayat-ayat Al Qur'an dan Hadits-hadits Rasulullah. Maka banyak sekali didapati dari ayat-ayat Al Qur'an dan Hadits yang berfungsi sebagai sumber ilmu tasawuf. Dengan singkat kata, sumber pokok tasawuf dalam Islam adalah dari pangkal ajaran islam itu sendiri. Meskipun ada juga sebagian ahli yang mengatakan bahwa tasawuf Islam timbul karena adanya pengaruh dari luar Islam.
Untuk memperjelas dan memperkuat bahwa tasawuf dalam Islam tumbuh dan berkembang dari sumber pokok ajaran Islam sendiri. Maka terlebih dahulu perlu dikemukakan teori-teori tentang asal-usul timbulnya tasawuf dalam Islam yang berbeda-beda itu, antara lain:
1. Adanya pengaruh dari agama kristen dengan faham menjauhi dunia dan hidup mengasingka diri dalam biara-biara. Dalam literatur Arab memang terdapat tulisan-tulisan tentang rahib yang mengasingkan diri di padang pasir Arabia. Lampu yang mereka pasang di malam hari menjadi penunjuk jalan bagi kafilah yang lalu. Kemah mereka yang sederhana menjadi tempat berlindung bagi orang yang kemalaman dan kemurahan hati mereka menjadi tempat untuk memperoleh makan bagi musyafir yang kelaparan. Dikatakan bahwa zahid dan sufi Islam meninggalkan dunia, memilih hidup sederhana dan mengasingkan diri adalah atas pengaruh cara hidup rahib kristen tersebut.
2. Falsafah mistik Pythagoras yang berpendapat bahwa roh manusia bersifat kekal dan berada di dunia sebagai orang asing. Badan jasmani merupakan penjara bagi roh, kesenangan roh yang sebenarnya ialah di alam samawi. Untuk memperoleh hidup senang di alam samawi, manusia harus membersihkan roh dengan meninggalkan hidup materi (zuhud) untuk selanjutnya berkotemplasi. Ajaran Pythagoras untuk meninggalkan dunia dan pergi berkotemplasi, inilah menurut pendapat sebagian orang yang mempengaruhi timbulnya zuhud dan sufisme dalam Islam.
3. Filsafat Emanasi Plotinus yang mengatakan bahwa wujud ini memancar dari zat Tuhan Yang Maha Esa. Roh berasal dari Tuhan dan akan kembali pada Tuhan. Tetapi dengan masuknya ke alam materi, roh menjadi kotor dan untuk kembali ke tempat asalnya roh harus terlebih dahulu dibersihkan. Pensucian roh ialah dengan meninggalkan dunia dan mendekati Tuhan sedekat mungkin, kalau bisa bersatu dengan Tuhan. Dikatakan pula bahwa filsafat ini mempunyai pengaruh terhadap munculnya kaum zahid dan sufi dalam islam.
4. Ajaran Budha dengan faham nirwananya. Untuk mencapai nirwana, orang harus meninggalkan dunia dan memasuki hidup kontemplasi*. Faham fana' yang terdapat dalam sufisme hampir serupa dengan faham nirwana.
5. Ajaran-ajaran Hinduisme yang juga mendorong manusia untuk meninggalkan dunia dan mendekati Tuhan untuk mencapai persatuan Atman dan Brahman.
Teori-teori inilah yang mengatakan bahwa tasawuf dalam Islam timbul dan muncul akibat pengaruh dari faham-faham tersebut diatas. Apakah teori-teori ini benar tau tidak, sulit sekali membuktikannya. Namun yang jelas, tanpa pengaruh dari faham-faham tersebut. Sufisme bisa muncul dari sumber pokok ajaran Islam, Al Qur'an dan al Hadits.
Prof. DR. Hamka dalam bukunya "Perkembangan Tasawuf dari Abad ke Abad" menyimpulkan: " Bahwasanya tasawuf Islam telah tumbuh sejak Tumbuhnya agama Islam itu sendiri. Bertumbuh di dalam jiwa pendiri Islam itu sendiri, yaitu Nabi Muhammad, intisari yang diambil dari dalam Al Qur'an itu sendiri".
Bila memperhatikan permulaan tumbuhnya tasawuf dan perjalanan perkembangannya. Maka sangat nampak bahwa tumbuhnya tasawuf adalah akibat pengaruh ajaran Al Qur'an dan Sunnah Nabi bersama para Sahabatnya. Serta pengaruh tuntunan agama Islam pada umumnya.
Menurut Ibnu Khaldun dalam "Muqaddimah Tarikhnya" menyatakan: "Tasawuf ialah salah satu diantara ilmu-ilmu syari'at yang baru tumbuh dalam agama Islam. Asal mulanya ialah dari amal perbuatan salafus sholihin, dari sahabat-sahabat Nabi dan tabi'in dan orang-orang sesudahnya. Maksudnya ialah menuruti jalan kebenaran (Haq) dan petunjuk Allah (Hidayah). Pokoknya ialah bertekun ibadah, memutuskan jalan yang lain dan tetap hanya tertuju kepada Allah semata. Menolak kemegahan dan kemewahan dunia, melepaskan diri (Zuhud) daripada yang diingini oleh banyak orang berupa kelezatan harta benda atau kemegahan pangkat dan menyendiri dari makhluk dalam berkhalwat untuk beribadah".
Al Qur'an dan Hadits Rasulullah Sebagai Sumber Ilmu Tasawuf.
Pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf bersumber dari ajaran Islam sendiri dapat dibuktikan dengan banyaknya ayat-ayat Al Qur'an maupun Hadits-hadits Nabi yang mengajarkan umatnya untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah. Mencintai Allah dengan selalu berdzikir kepadaNya dan kegiatan-kegiatan lain semacamnya. Oleh karena itu, bila kita membaca, meneliti dan mengkaji Al Qur'an secara cermat akan menjumpai ayat-ayat yang menjelaskan masalah tersebut.
Diantara ayat-ayat Al Qur'an maupun Hadits-hadits Rasulullah yang menjadi dasar ajaran tasawuf adalah antara lain sebagai berikut:
A. Ayat-ayat Al Qur'an Yang Dijadikan Sebagai Sumber Tasawuf.
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Ali Imran: 31)
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًاۙ وَّسَبِّحُوْهُ بُكْرَةً وَّاَصِيْلًا
Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang. (QS. Al Ahzab: 41-42)
وَلِلّٰهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَاَيْنَمَا تُوَلُّوْا فَثَمَّ وَجْهُ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Dan milik Allah timur dan barat. Kemanapun kamu menghadap di sanalah wajah Allah. Sungguh, Allah Mahaluas, Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah: 115)
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهٖ نَفْسُهٗ ۖوَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ
Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (QS. Qaf: 16)
B. Hadits Rasulullah Yang Dijadikan Sebagai Sumber Ilmu Tasawuf.
Selain Ayat-ayat Al Qur'an diatas, terdapat pula hadits-hadits Rasulullah yang mengajarkan pada umatnya untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah, mencintaiNya dan selalu berdzikir kepadaNya. Diantanya adalah:
ُمَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّه
Artinya, “Barang siapa yang mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Tuhannya.”
كُنْتُ كَنْزاً مَخْفِيًّا فَأَحْبَبْتُ أَنْ أُعْرَفَ فَخَلَقْتُ الْخَلْقَ فَبِى عَرَفُوْنِى
“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi. Aku rindu untuk dikenal. Maka aku ciptakan makhluk. Lalu berkat Aku mereka mengenal-Ku”. (Hadits Hudsi)
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِى الّلّهُ عَنْهُ : قََالَ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ اللّهُ عَزَّ وَجَلَّ اَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِىْ بِىْ وَأَنَا مَعَهُ حِيْنَ يَذْ كُرُنِىْ فَاِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُه فِى نَفْسِىْ وَاِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلَاءٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلَاءٍ ھُمْ خَيْرٌ مِنْهُ وَاِنِ اقْتَرَبَ اِلَىَّ شِيْرًا تَقَرَّبْتُ اِلَيْهِ ذِرَاعًا وَاِنِ اقْتَرَبَ اِلَىَّ ذِرَاعًا اِقْتَرَبَ اِلَيْهِ بَا عًا وَاِنْ اَتَانِى مَاشِيًا اَتَيْتُهُ ھِرْوَلَةً. (رواه مسلم)
Dari Abi Hurairah RA. - Rasulullah bersabda: "Berfirman Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung: Aku adalah menurut prasangkaan hambaKu pada diriKu dan aku besertanya dikala ia menyebut asmaKu. Apabila ia menyebutKu pada dirinya secara sirri, maka Akupun akan menyebutnya dengan pahala dan rahmat secara rahasia. Andai kata ia menyebutKu pada suatu perkumpulan, maka Akupun akan menyebutnya pada suatu perkumpulan yang lebih baik. Dan andai kata ia mendekat padaKu dengan sejengkal, maka Aku akan menyambutnya dengan satu elo (dari siku sampai ujung jari) selanjutnya bila ia mendekat padaKu satu elo, maka Aku dekati ia sehasta. Dan jika ia datang kepadaKu dengan berjalan, maka Aku akan datang padamu dengan cepat-cepat". (HR. Muslim)
Demikian ayat-ayat Al Qur'an dan Hadits-hadits Rasulullah yang penulis nukil sebagian untuk menguatkan keterangan bahwa tasawuf Islam tumbuh dan berkembang dari pengaruh dan pancaran agama Islam itu sendiri.
Catatan: Kontemplatif berasal dari Bahasa Latin (contemplore) berarti merenung dan memandang. Dalam kehidupan intelek 'kontemplasi' mengacu pada pemikiran mendalam tentang sesuatu, dalam kehidupan religius kontemplasi adalah semacam penglihatan atau penglihatan batin, transenden intelek, yang difasilitasi melalui praktik-praktik seperti doa atau meditasi. (Wikipedia)
Refrensi: Risalah Memahami Ilmu Tasawuf karya Ust. Drs. Mohammad Saifullah.
Posting Komentar