SPACE AVAILABLE!!!       Telp: "0822-3131-4900"

Amalan Utama Dalam Islam | Hadist Shahih Bukhari

Amalan Islam Apakah Yang Paling Utama?

Pertanyaan ini dapat anda temui jawabannya dalam kumpulan hadis sahih Bukhari sebagai berikut.

Sahih al-Bukhari
Kitab : Iman
Bab : Amalan Islam apakah yang paling utama?
Nomor hadis : 10


حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ الْقُرَشِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَبِي قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو بُرْدَةَ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْإِسْلَامِ أَفْضَلُ قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ


Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Yahya bin Sa'id Al Qurasyi dia berkata, Telah menceritakan kepada kami bapakku berkata, bahwa Telah menceritakan kepada kami Abu Burdah bin Abdullah bin Abu Burdah dari Abu Burdah dari Abu Musa berkata: 'Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling utama?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Siapa yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya". 

Beberapa Perbuatan Yang Termasuk Amalan Utama Dalam Islam.


1- Memberi Makan Dan Mengucap Salam.

Salah satu perbuatan yang utama dalam ajaran agama Islam ialah memberi makan kepada mereka yang membutuhkan atau sedang kelaparan. Bahkan salah satu dari rukun Islam sendiri yakni berpuasa di bulan ramadhan yang wajib dilakukan oleh seluruh umat muslim di dunia.

Kenapa puasa? Karena dengan berpuasa kita ikut serta dan merasakan sendiri bagaimana kondisi seseorang ketika mereka tidak makan dan minum selama beberapa jam mulai saat fajar hingga matahari terbenam tentunya badan akan terasa lemah dan tak berdaya. Begitupula yang dirasakan saudara-saudara kita ketika mereka mengalami kesulitan secara ekonomi sehingga memaksa mereka untuk berpuasa karena tidak ada sesuatu untuk dimakan.

Memberi makan termasuk amalan utama dalam islam


Mengucapkan salam, dalam adab sebagai seorang muslim dan muslimah ketika mereka bertemu dengan saudara seiman disunnahkan untuk mengucap salam. Selain untuk saling menyapa dan mengenal, mengucap salam juga merupakan ungkapan do'a kepada saudara-saudara kita agar mereka senantiasa diberi keselamatan oleh Allah Ta'ala baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dan bagi mereka yang mendengar ucapan salam dari saudaranya maka ia diwajibkan untuk menjawabnya dengan mengucapkan salam juga. Inilah adab yang harus terus kita jaga sebagai umat beragama, saling mendoakan keselamatan satu sama lain.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari juga menjelaskan tentang pentingnya memberi makan dan mengucap salam sebagai amalan yang utama dalam islam.

Sahih al-Bukhari
Kitab : Iman
Bab : Memberi makan bagian dari Islam
Nomor hadis : 11


حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يَزِيدَ عَنْ أَبِي الْخَيْرِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ


Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin Khalid berkata, Telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Yazid dari Abu Al Khair dari Abdullah bin 'Amru; Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Islam manakah yang paling baik?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kamu memberi makan, mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal". 

2- Mencintai Saudaranya Sebagaimana Mencintai Dirinya Sendiri.

Saudara yang dimaksud dalam hal ini bukan hanya saudara kandung atau yang masih memiliki ikatan kerabat dengan kita.
Melainkan juga saudara seiman kita sebagaimana yang diajarkan oleh Rosulullah pada umatnya "bahwa setiap muslim itu bersaudara, Apabila yang satu tersakiti maka tersakiti pula yang lainnya." Layaknya sebuah tubuh, dimana ada salah satu organ tubuh kita yang sakit maka rasa sakit itu juga dirasakan oleh tubuh kita.

Oleh sebab itu sangat penting bagi kita untuk saling menjaga diri dan saudara kita. Jangan menyakitinya karena dengan menyakiti saudara kita berarti sama dengan menyakiti diri kita sendiri. Menjadi amalan utama dalam Islam ketika seseorang muslim/muslimah mampu mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Sebagaimana tertuang dalam kitab kumpulan hadis sahih riwayat Imam Al Bukhari sebagai berikut:

Sahih al-Bukhari
Kitab : Iman
Bab : Bagian dari iman hendaknya mencintai untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri
Nomor hadis : 12


حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ قَالَ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ


Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Syu'bah dari Qotadah dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Dan dari Husain Al Mu'alim berkata, telah menceritakan kepada kami Qotadah dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidaklah beriman seseorang dari kalian sehingga dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri". 

3- Mencintai Rosulullah.

Salah satu amalan utama umat Islam adalah mencintai Rosulullah. Setiap manusia memiliki bentuk ekspresinya sendiri dalam hal mencintai, ada yang mengungkapkan dengan rangkaian kata pujian ada juga yang mengekspresikan cintanya dengan melakukan apapun yang diperintahkan oleh kekasihnya dan sebagainya.


Rasulullah dikelilingi oleh para sahabatnya dengan karakteristik yang beragam. Ada yang dikenal tegas dan keras seperti Umar bin Khattab, pun sahabat yang dikenal pemalu yakni Utsman bin Affan. Mereka semua sangat mencintai Rosulullah tentu dengan caranya masing-masing. 

Ada kisah menarik jika membahas cara para sahabat mencintai Rosulullah. Nu'aiman bin Ibnu Amr bin Raf'ah adalah salah satu sahabat yang mencintai nabi dengan caranya yg unik. Kelucuan dan kejailannya berhasil membuat Rosulullah tersenyum.

Kisah ini diceritakan dari Ibnu Majah, bahwa suatu hari Nu'aiman pernah diajak berdagang oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq bersama sahabat yang lain untuk pergi ke negeri Syam (daerah maju pada masanya). Salah satunya ada Suwaibith bin Harmalah.


Saat hari mulai menjelang siang, Nu'aiman yang sudah lapar menghampiri Suwaibith yang saat itu ditugaskan untuk menjaga makanan. Suwaibith dengan sikap penuh amanahnya tentu menolak saat Nu'aiman hendak meminta satu potong roti untuknya.


Hingga Nu'aiman berkata, "Kalau memang begitu, artinya kamu setuju saya buat ulah,"


Nu'aiman pun berjalan ke pasar dan mencari-cari wilayah yang menjual hamba sahaya. Pada zaman nabi dulu, hamba sahaya biasanya dijual untuk menjadi pekerja. Hingga kemudian Nu'aiman berkata kepada orang-orang di sana bahwa ia memiliki hamba sahaya dengan harga yang sangat murah.


Nu'aiman juga menyebutkan, hamba sahaya yang dimilikinya hanya memiliki satu kekurangan yakni berteriak bahwa dirinya orang yang merdeka bukanlah hamba sahaya. Mendengar itu, orang-orang di sana pun tertarik dan Nu'aiman mengajaknya menemui Suwaibith.


"Itu ada orang yang berdiri sedang menjaga makanan, itu hamba sahaya saya," kata Nu'aiman pada mereka. Mereka pun memberikan uang pada Nu'aiman dan menghampiri Suwaibith untuk menangkapnya.


Suwaibith yang terkejut kemudian berkata, "Saya bukan hamba sahaya, saya orang merdeka," yang hanya dibalas oleh orang-orang tersebut bahwa mereka sudah tahu kekurangannya itu.


Selang berapa waktu, Abu Bakar Ash-Shiddiq pun kembali dan mencari-cari Suwaibith yang dijawab oleh Nu'aiman kemudian, "Sudah saya jual, wahai Abu Bakar,"


Nu'aiman pun menceritakan dengan jujur apa yang terjadi pada Abu Bakar, kemudian Suwaibith kembali ditebus oleh Abu Bakar dari orang-orang Syam itu. Sampailah kisah tersebut ke telinga Rasulullah SAW. Kisah ini yang membuat Rasulullah tertawa hingga menunjukkan gigi gerahamnya di depan para sahabat.


Perawi hadits mengatakan, bahkan setelah satu tahun berlalu, Rasulullah SAW pun selalu menceritakan kisah Nu'aiman dan Suwaibith ini kepada para tamunya.


Dalam kisah lain sahabat nabi Nu'aiman melihat penjual madu yang kepanasan setelah berkeliling menjajakan dagangannya. Namun sayangnya, tidak ada yang terjual. Nu'aiman kemudian menghampir sang penjual madu tersebut dan mengajaknya ke kediaman Rasulullah SAW


Ia hendak memberi hadiah kepada Rasulullah dengan madu tersebut. Nu'aiman pun meninggalkan penjual madu tersebut setelah menitipkan beberapa pesan kepadanya,


"Aku akan pergi karena masih ada urusan. Sebentar lagi penghuni rumah itu akan keluar dan membayar kepadamu harga madu itu,"


Lantas, sang penjual madu itu pun mengetuk rumah Rasulullah dan memberikan madu tersebut kepadanya. Tentunya, Rasulullah merasa tersentuh dengan madu yang dianggapnya adalah hadiah untuknya.


Hingga Rasulullah pun membagikan madu-madu itu kepada para sahabatnya yang lain. Ketika beliau sedang membagikan madunya, sang penjual madu berteriak, "Wahai Rasul! Bayarlah madu itu!"


Rasulullah yang mendengar itu sedikit terkejut dan langsung memahami situasi,


"Ini pasti perbuatan Nu'aiman," kata beliau sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak lama setelah kejadian itu, Rasulullah pun memanggil Nu'aiman untuk menemuinya. Beliau meminta penjelasan maksud di balik perilaku dari Nu'aiman tersebut.


Namun, justru jawaban yang datang dari Nu'aiman lagi-lagi mengukirkan senyum di wajah Rasulullah SAW. Nu'aiman berkata,


"Aku ingin berbuat baik kepadamu, Ya Rasul. Tapi aku tidak punya apa-apa,"


Melalui cerita ini, Rasulullah SAW seakan memaklumi sifat Nu'aiman yang suka mengusilinya, namun sesungguhnya memiliki hati yang baik.


Muncul sebuah pertanyaan, lantas bagaimana cara kita mencintai Beliau sedangkan kita tidak mengenal langsung dan ada disisi Rosululloh? Pernah dengar cerita tentang tabi'in (orang Islam awal yang masa hidupnya ketika atau setelah masa hidup Nabi Muhammad namun tidak mengalami bertemu dengan Nabi Muhammad) yang bernama Uwais Al Qorni?

Mungkin kita juga bisa mengambil hikmah darinya, bagaimana cara ia mencintai Rosulullah. Semoga dengan mencintai Rosulullah kita bisa mencontoh akhlak-akhlak beliau dan menjadikan kita sebagai golongan orang-orang yang beriman. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits sahih Imam bukhari sebagai berikut:

Sahih al-Bukhari
Kitab : Iman
Bab : Mencintai Rasulullah bagian dari iman
Nomor hadis : 13


حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ


Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Az Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Maka demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya dan anaknya". 

4- Mencintai Para Sahabat Nabi.

Salah satu ciri khas ajaran ahlu sunnah ialah mencintai semua sahabat Nabi tanpa membeda-bedakannya baik dari golongan muhajjirin ataupun anshar. Sahabat Nabi baik yang masih memiliki ikatan kerabat dengan Rosulullah maupun tidak. Semuanya adalah orang yang mulia, mereka sosok yang teguh dan tabah dalam memperjuangkan agama Islam.

Dalam mempertahankan keimanan mereka rela dikucilkan, dihina disiksa bahkan diusir dari tanah kelahiran mereka oleh orang-orang kafir. Hingga akhirnya turunlah ayat yang memerintahkan Rosulullah untuk Hijjrah dari tempat asalnya kota Makkah. Kota yang menerima Nabi dan para sahabatnya dengan baik saat mereka hijjrah ialah Madinah. 

Penduduk kota Madinah yang menerima hijjrah Nabi dikenal dengan nama sahabat anshar. Rosulullah sangat menyayangi mereka yang memuliakannya, dalam hadis beliau bersabda sebagaimana yang tertera dalam kitab hadits sahih Al Bukhari sebagai berikut:

Sahih al-Bukhari
Kitab : Iman
Bab : Tanda-tanda keimanan adalah mencintai sahabat anshar
Nomor hadis : 16

حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَبْرٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسًا
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ آيَةُ الْإِيمَانِ حُبُّ الْأَنْصَارِ وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الْأَنْصَارِ


Telah menceritakan kepada kami Abu Al Walid berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah mengabarkan kepadaku Abdullah bin Abdullah bin Jabar, berkata; aku mendengar Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tanda iman adalah mencintai (kaum) Anshar dan tanda nifaq adalah membenci (kaum) Anshar". 

Sahih al-Bukhari
Kitab : Iman
Bab : Tanda-tanda keimanan adalah mencintai sahabat anshar
Nomor hadis : 17


حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو إِدْرِيسَ عَائِذُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
وَكَانَ شَهِدَ بَدْرًا وَهُوَ أَحَدُ النُّقَبَاءِ لَيْلَةَ الْعَقَبَةِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَحَوْلَهُ عِصَابَةٌ مِنْ أَصْحَابِهِ بَايِعُونِي عَلَى أَنْ لَا تُشْرِكُوا بِاللَّهِ شَيْئًا وَلَا تَسْرِقُوا وَلَا تَزْنُوا وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ وَلَا تَأْتُوا بِبُهْتَانٍ تَفْتَرُونَهُ بَيْنَ أَيْدِيكُمْ وَأَرْجُلِكُمْ وَلَا تَعْصُوا فِي مَعْرُوفٍ فَمَنْ وَفَى مِنْكُمْ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَعُوقِبَ فِي الدُّنْيَا فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا ثُمَّ سَتَرَهُ اللَّهُ فَهُوَ إِلَى اللَّهِ إِنْ شَاءَ عَفَا عَنْهُ وَإِنْ شَاءَ عَاقَبَهُ فَبَايَعْنَاهُ عَلَى ذَلِك


Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Idris 'Aidzullah bin Abdullah, bahwa 'Ubadah bin Ash Shamit adalah sahabat yang ikut perang Badar dan juga salah seorang yang ikut bersumpah pada malam Aqobah, dia berkata; bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ketika berada ditengah-tengah sebagian sahabat: "Berbai'atlah kalian kepadaku untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kalian, tidak membuat kebohongan yang kalian ada-adakan antara tangan dan kaki kalian, tidak bermaksiat dalam perkara yang ma'ruf. Barangsiapa diantara kalian yang memenuhinya maka pahalanya ada pada Allah dan barangsiapa yang melanggar dari hal tersebut lalu Allah menghukumnya di dunia maka itu adalah kafarat baginya, dan barangsiapa yang melanggar dari hal-hal tersebut kemudian Allah menutupinya (tidak menghukumnya di dunia) maka urusannya kembali kepada Allah, jika Dia mau, dimaafkannya atau disiksanya". Maka kami membai'at Beliau untuk perkara-perkara tersebut. 

Tentu masih banyak amalan-amalan utama lain yang sesuai dan mudah untuk diri kita masing-masing, sebab setiap orang memiliki kemampuan dan kegemarannya sendiri. Yang terpenting ialah apapun bentuk amal shalihmu lakukanlah dengan istiqomah, in sya Allah amalan tersebut bisa menjadi perantara untuk kita mendapatkan kehidupan yang baik di akhirat nanti. Aamiin...




Post a Comment

Lebih baru Lebih lama