Amir, yang terkejut atas kunjungan Jalaluddin Rumi yang mendadak, berkata: "Tuan, betapa mulianya engkau telah menghormatiku dengan cara ini. Aku tidak mengharapkannya. Tidak pernah terpikir olehku bahwa aku layak memperoleh kehormatan yang demikian. Sebenarnya, aku hendaknya berdiri siang dan malam di lingkaran dan kelompok pelayan dan muridmu. Aku bahkan tidak layak begitu. Betapa mulianya semua ini!"
Rumi berkata: Ini semua karena aspirasi-aspirasi spiritualmu yang mulia. Semakin besar dan semakin tinggi tingkatanmu dan semakin kamu disibukkan dengan urusan-urusan keduniawian yang penting dan mulia, semakin kamu merasa jauh dari tujuan spiritualmu. Kamu tidak berpuas diri dengan apa yang telah kamu capai, dengan menganggap bahwa kamu memiliki terlampau banyak kewajiban. Karena semua pecapaian ini tidak satupun yang membutakanmu dari pencapaian Illahi, hatiku tersentuh untuk melayanimu. Dan sesungguhnya, aku ingin memberimu penghormatan formal pula.
Bentuk juga memiliki nilai penting yang besar. tidak, lebih penting dari nilai penting, ia sesungguhnya subtansi yang sejati. sebagaimana tubuh akan tiada guna jika ia tidak memiliki sebentuk hati, demikian pula ia gagal tanpa kulit. Jika kamu menanam sebutir benih tanpa sekam, ia tidak dapat tumbuh, tetapi jika kamu menguburnya di bumi dengan kerangnya, maka ia berkecambah dan menjadi sebuah pohon yang besar, dan tanpanya tugas kita sia-sia dan tujuan kita tidak tercapai. Ya, prinsip ini adalah hakikat dimata mereka yang mengetahui hakikat dan telah menjadi hakikat!
Seorang darwis konon menghadap raja. raja berkata kepadanya, "oh, arsitek."
"Engkaulah yang arsitek," Jawab darwis.
"Bagaiman mungkin aku seorang arsitek," kata raja. "jika semua dunia ini menjadi milikku?"
"Ah, engkau melihat segala sesuatu yang sesungguhnya berbeda dengan sesungguhnya," jawab darwis. "Dunia ini dan dunia esok dan semua yang di sana adalah untuk dimiliki, semua ini milikku. Aku telah merampas seluruh isi dunia. Engkaulah yang hanya berpuas dengan diri sejumput makanan atau kain lusuh."
Filosofi Terciptanya Kehidupan Dunia ini.
Ke mana pun kamu berpaling, di situlah Wajah Tuhan. Wajah ini berlarian dan mengembang tanpa batas dan kekal. Para pecinta spiritual sejati telah memuaskan diri demi Sang Wajah, yang tidak menginginkan apa-apa sebagai imbalannya. Seluruh umat manusia lainnya seperti domba.
Tetapi, sekalipun mereka domba, mereka tetap berhak menerima pertolongan. Mereka mungkin saja hidup di dalam kandang tetapi mereka diterima oleh Tuan kandang itu. Jika Dia juga menginginkannya, Dia memindahkan mereka dari kandang ini ke dalam ruang pribadiNya. Jadi, awalnya Allah menghidupkan laki-laki dan wanita, dan selanjutnya memindahkan mereka dari ruang wujud spiritual ini ke dalam dunia mati ini. Kemudian dari ruang dunia mati inike dalam dunia tetumbuhan. Kemudian dari dunia tetumbuhan ke dalam dunia hewani. Dari hewan ke dalam manusia, manusia ke dalam malaikat, dan begitu seterusnya. Dia mewujudkan semua bentuk ini agar kamu mengetahui ruang-ruangNya banyak, dan bahwa setiap ruang lebih mulia dari ruang berikutnya.
Allah mengungkapkan dunia ini agar kamu dapatmenerima tahapan-tahapan lain yang terdampar di depan. Dia tidak mengungkapkannya sehingga kamu berkata, "ini sudah semuanya." Para guru kerajinan memperagakan kemampuan dan seni mereka sehingga murid-murid mereka percaya pada mereka, dan akan percaya pada seni-seni lain yang belum mereka peragakan. Seorang raja melimpahkan jubah-jubah kehormatan dan kemewahan kepada rakyatnya karena mereka tetap berhasrat untuk menerima hadiah-hadiah lain darinya. Dan benar-benar bergantug penuhharap pada hadiah-hadiah emas berikutnya. Dia tidak melimpahkan semua ini agar mereka berkata, "ini sudah semuanya. Raja tidak akan melimpahkan berkah-berkahnya lagi. "Sehinggan menafaatkan dengan jumlah yang ada, Jika raja mngetahui rakyatnya hendak mengatakan itu, dan mengambil hadiah-hadiah begitu saja, dia tidak melimpahkan lagi berkah-berkahnya pada mereka.
Pengertian Dan Filosofi Seorang Asketik
Sang asketik adalah orang yang mencari akhirat, sedangkan sang duniawi sang duniawi hanya mencari kandang. Tetapi sahabat-sahabat pilihan Allah, yang memiliki pengetahuan sejati, tidak melihat akhirat maupun duniawi. Mata mereka tertuju pada prinsip pertama, sumber segala materi. Ketika manusia terpilih menabur gandum, mereka mengetahui bahwa gandum itu akan tumbuh, karena mereka melihat hasil akhirnya sejak permulaan. Jadi dengan gandum dan padi dan semua materi, yang melihat awal, mata mereka tidak tertuju kepada akhir. Mereka mengetahui kesimpulan dari awal. Manusia seperti itu jarang sekali.
Cobaanlah yang memandu kita dalam setiap keberanian. Sampai muncul sebuah nyeri dari dalam, sebuah gelora dan hasil yang muncul dari dalam diri kita, kita tidak pernah berhenti memperjuangkannya. Tanpa cobaan ini ia masih berada di luar jangkauan, apakah keberhasilan di dunia ini ataupun keberhasilan di akhirat nanti, apakah kita bertujuan untuk menjadi seorang pedagang atau raja, ilmuwan atau peramal bintang. Ini tidak akan terjadi sampai nyeri-nyeri persalinan dirasakan Maryam yang membawanya ke pohon itu. Kepedihan-kepedihan itu menyeretnya ke pohon itu, dan pohon itu yang semula kerontang menjadi berbuah .
Kita seperti kisah tentang Maryam dalam Al-Qur'an. Kita semua memiliki seorang Isa didalam diri, tetapi sebelum kepedihan mewujud, Isa tidak lahir. Jika kepedihan-kepedihan itu tidak muncul, maka anak kita bergabung dengan asal-usulnya lewat jalan rahasia yang sama yang dilaluinya, meninggalkan diri kita hampa, tanpa kelahiran keakuan kita yang sejati.
Sajak:
Jiwa ruhaniahmu lapar.
Raga luarmu terlampau gemuk.
Setan makan dengan rakus sampai jatuh sakit.
Bahkan raja meminta-minta seiris roti.
Obatnya ditemukan manakala Isa ditemukan di sini, diatas bumi ini!
Tetapi ketika dia kembali ke surga, semua harapan telah lenyap.
Sang asketik adalah orang yang mencari akhirat, sedangkan sang duniawi sang duniawi hanya mencari kandang. Tetapi sahabat-sahabat pilihan Allah, yang memiliki pengetahuan sejati, tidak melihat akhirat maupun duniawi. Mata mereka tertuju pada prinsip pertama, sumber segala materi. Ketika manusia terpilih menabur gandum, mereka mengetahui bahwa gandum itu akan tumbuh, karena mereka melihat hasil akhirnya sejak permulaan. Jadi dengan gandum dan padi dan semua materi, yang melihat awal, mata mereka tidak tertuju kepada akhir. Mereka mengetahui kesimpulan dari awal. Manusia seperti itu jarang sekali.
Cobaanlah yang memandu kita dalam setiap keberanian. Sampai muncul sebuah nyeri dari dalam, sebuah gelora dan hasil yang muncul dari dalam diri kita, kita tidak pernah berhenti memperjuangkannya. Tanpa cobaan ini ia masih berada di luar jangkauan, apakah keberhasilan di dunia ini ataupun keberhasilan di akhirat nanti, apakah kita bertujuan untuk menjadi seorang pedagang atau raja, ilmuwan atau peramal bintang. Ini tidak akan terjadi sampai nyeri-nyeri persalinan dirasakan Maryam yang membawanya ke pohon itu. Kepedihan-kepedihan itu menyeretnya ke pohon itu, dan pohon itu yang semula kerontang menjadi berbuah .
Kita seperti kisah tentang Maryam dalam Al-Qur'an. Kita semua memiliki seorang Isa didalam diri, tetapi sebelum kepedihan mewujud, Isa tidak lahir. Jika kepedihan-kepedihan itu tidak muncul, maka anak kita bergabung dengan asal-usulnya lewat jalan rahasia yang sama yang dilaluinya, meninggalkan diri kita hampa, tanpa kelahiran keakuan kita yang sejati.
Sajak:
Jiwa ruhaniahmu lapar.
Raga luarmu terlampau gemuk.
Setan makan dengan rakus sampai jatuh sakit.
Bahkan raja meminta-minta seiris roti.
Obatnya ditemukan manakala Isa ditemukan di sini, diatas bumi ini!
Tetapi ketika dia kembali ke surga, semua harapan telah lenyap.
Bingung cara berbuat baik? Klik share..!!! Rasulullah S.A.W bersabda :"Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya,maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala." (HR. Al-Bukhari)
SHARE = DAKWAH = PAHALA
Posting Komentar