SPACE AVAILABLE!!!       Telp: "0822-3131-4900"

Pentingnya Menanamkan Akidah Islam Dalam Diri

Aqidah, sebagaimana yang penulis uraikan sebelumnya. Oleh Allah Ta'ala dijadikan umum dan merata untuk seluruh ummat manusia, kekal sepanjang masa, sebab sudah nyatalah bekas-bekas kemanfaatan dan keperluannya, baik dalam kehidupan perorangan maupun perkembangan masyarakat ramai.

Marilah kita kupas lagi secara terperinci:
- Pertama ialah Ma'rifat kepada Allah Ta'ala yang akan memancarkan berbagai perasaan yang baik dan dapat dibina diatasnya semangat untuk menuju kearah perbaikan. Ma'rifat ini dapat pula memberi didikan kepada hati untuk senantiasa menyelidiki dan meneliti mana-mana yang salah dan tercela, malahan dapat menumbukan kemauan untuk mencari keluhuran kemuliaan dan ketinggian budi dan akhlak dan sebaliknya juga menyuruh seorang supaya menghindarkan dirinya dari amal perbuatan yang hina, rendah dan tidak berharga sedikitpun.
- Kedua ialah Ma'rifat kepada Malaikatnya Allah Ta'ala. Hal ini dapat mengajak hati sendiri utuk mencontoh dan meniru ketaatan mereka kepada Allah, juga dapat tolong menolong dengan mereka untuk mencapai yang hak dan luhur. Selain itu mengajak pula untuk memperoleh penjagaan yang sempurna, sehingga tidak satupun yang timbul dari manusia itu melainkan yang baik-baik dan segala tindakannya pun tidak akan ditujukan melainkan untuk maksud yang mulia belaka.
- Ketiga ialah Ma'rifat kepada Kitab-kitab suci Allah Ta'ala. Ini adalah suatu ma'rifat yang memberikan arah untuk menempuh jalan yang lurus bijaksana dan diridlai oleah Tuhan yang tentunya sudah digariskan oleh Alla Ta'ala agar seluruh ummat manusia itu mentaatinya. Sebabnya ialah karena hanya dengan melalui jalan inilah, maka seseorang itu dapat samapai kearah kesempurnaan yang hakiki, baik dalam segi kebendaan (materi) atau segi kerohanian dan akhlak (adab).
- Keempat ialah Ma'rifat kepada Rasul-rasul Allah Ta'ala. Dengan ma'rifat ini dimaksudkan agar setiap manusia itu mengikuti jejak langkahnya, memperhias diri dengan meniru akhlak para Rasul itu. Selain itu juga bersabar dan tabah hati dalam mencontoh sepak terjang beliau-beliau itu sebab sudah jelaslah bahwa tindak langkahnya para rasul itu mencerminkan suatu teladan yang tinggi nilainya dan yang bermutu baik sekali, bahkan itulah yang merupakan kehidupan yang suci dan bersih yang dikehendaki oleh Allah Ta'ala agar dimiliki oleh seluruh ummat manusia.
- Kelima ialah Ma'rifat kepada hari akhir dan ini akan menjadi pembangkit yang terkuat untuk mengajak manusia itu berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan.
- Keenam ialah Ma'rifat kepada takdir dan ini akan memberikan bekal kekuatan dan kesanggupan kepada seseorang untuk menanggulangi segala macam rintangan, siksaan, kesengsaraan dan kesukaran. Sementara itu akan dianggap kecil sajalah segala penghalang dan cobaan, sekalipun bagaimana juga dahsyat dan hebatnya.


Pentingnya menanamkan aqidah dalam diri


Hal-hal sebagaimana diatas itu tampak dengan jelas bahwa akidah itu tujuan utamanya memberi didikan yang baik dalam menempuh jalan kehidupan, mensucikan jiwa lalu mengarahkannya kejurusan yang tertentu untuk mencapai puncak dari sifat-sifat yang tinggi dan luhur serta lebih utama lagi supaya diusahakan agar sampai tingkatan ma'rifat yang tinggi. Menempuh jalan yang dilandasi oleh didikan yang murni dan utama yang dilakukan oleh seseorang dengan melalui penanaman akidah keagamaan adalah suatu saluran yang terbesar yang paling tepat dalam memperoleh cita-cita pendidikan terbaik.

Sebabnya demikian itu ialah karena agama nyata-nyata mempunyai suatu kekuasaan yang tertinggi dalam hati dan jiwa juga memberikan kesan yang mendalam pada perasaan, bahkan rasanya tidak ada kekuasaan atau pengaruh serta kesan yang ditimbulkan oleh hal-hal lain yang dapat lebih menghasilkan daripada agama itu sendiri, baik yang sudah dicoba oleh para cerdik cendikiawan, para ahli kebijaksanaan ataupun para sarjana pendidikan.

Maka teranglah bahwa penanaman akidah atau kepercayaan didalam hati dan jiwa itu adalah setepat-tepatnya jalan yang wajib dilalui untuk menimbulkan unsur-unsur kebaikan yang dengan bersendikan itu akan terciptalah kesempurnaan kehidupan, bahkan akan memberikan saham yang paling banyak untuk membekali jiwa seseorang dengan sesuatu yang lebih bermanfaat dan lebih sesuai dengan petunjuk Tuhan. Bentuk pendidikan semacam ini akan memberikan hiasan kehidupan itu dengan baju keindahan, kerapihan dan kesempurnaan, juga menaunginya dengan naungan kecintaan dan kesejahteraan.

Manakala kecintaan sudah terpatri dalam kalbu dan berkuasa untuk menimbulkan tindakan, maka pastilah permusuhan akan lenyap, pertengkaran akan sirna, persepakatan akan diperoleh sebagai ganti percekcokan dan persahabatan akan muncul sebagai ganti dari permusuhan. Dengan begitu seluruh manusia akan saling dekat-mendekati, hubung-menghubungi dan muncullah kerukunan, persatuan serta ikatan yang seerat-eratnya. Setiap orang akan berusaha untuk memberikan sumbangan sebanyak-banyaknya guna kebaikan umat dan masyarakat, serta sebaliknya umat dan masyarakat itu pun berusaha keras untuk memberikan kebahagiaan kepada setiap perorangan serta menyumbangkan tenaganya untuk kebaikan siapapun.

Dari segi ini tampaklah betapa besar hikmatnya, mengapa keimanan itu dijadikan umum dan kekal, tidak berbeda antara keimanan yang diajarkan oleh tuhan dizaman dahulu dan dizaman sekarang, bahkan dimasa dan di tempat manapun. Semua sama dan itu satu macam. Tidak suatu generasi atau ummatpun yang dibiarkan kosong oleh Allah Ta'ala tanpa mengutus RasulNya kepada mereka itu yang diberi tugas untuk mengajak kepada keimanan yang sedemikian ini serta menancapkan dalam-dalam akarnya akidah itu dalam hati.

Sebagian besar dakwah untuk pembaharuan akidah itu diberikan oleh Allah Ta'ala setelah rusaknya hati ummat manusia dan tersesatnya kepercayaan yang mereka miliki juga runtuhnya semua akhlak dan perikemanusiaan. Disaat itu pasti nyata sekali kebutuhan manusia kepada suatu kekuasaan yang ampuh yang dapat mengembalikan mereka kepada fitrah asli mereka yang benar dan sejahtera. Bimbingan semacam ini mutlak diperlukan oleh ummat, agar secara langsung dapatlah manusia itu meneruskan perbaikan kemakmuran bumi dan agar kuat pula untuk membawa amanat kehidupan di alam semsta ini.

Akidah merupakan Ruh bagi setiap orang, dengan berpegang teguh padanya ia akan hidup dalam keadaan yang baik dan menggembirakan, tetapi dengan meninggalkannya itu akan matilah semangat kerohanian manusia. Ia adalah bagiakan cahaya yang apabila seseorang itu buta kehidupannya, maka pastilas ia akan tersesat dalam liku-liku kehidupannya, malahan tidak mustahil bahwa ia akan terjerumus dalam lembah-lembah kesesatan yang amat dalam sekali.

Dalam hal ini Allah Ta'ala berfirman:

وَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ


Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-An'am Ayat 122)

Memang akidah adalah sumber dari rasa kasih sayang yang terpuji, ia adalah tempat tertanamnya perasaan perasaan yang indah dan luhur, juga sebagai tempat tumbuhnya akhlak yang mulia dan utama. Sebenarnya tidak suatu keutamaanpun, melainkan ia pasti timbul dari situ dan tidak suatu kebaikanpun, melainkan pasti bersumber dari padanya.

Al-Quran Alkarim, diwaktu memperbincangkan perihal kebaikan, maka disebutkanlah bahwa akidah itulah yang menjadi perintis atau pendorong dari amal-amal perbuatan yang shalih itu. Jadi akidah diumpamakan sebagai pokok yang dari situlah munculnya beberapa cabang, atau sebagai fundamen yang diatasnyalah bangunan didirikan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ

Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah Ayat 177).

Refrensi: Aqidah Islam pola hidup manusia beriman karya Sayyid Sabiq.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama